Sabtu, 22 Desember 2012

VIRUS TUNGRO PADI

 Penyakit Tungro adalah penyakit pada tanaman padi (Oryza sativa ) yang disebabkan oleh virus yang biasanya terjadi pada fase pertumbuhan vegetatif dan menyebabkan tanaman padi tumbuh kerdil dan berkurangnya jumlah anakan.

Penyakit tungro pada tanaman padi ini disebabkan oleh asosiasi dari dua jenis virus.
Kedua bentuk partikel virus yang berasosiasi yaitu RTBV (Rice Tungro Baciliform Virus) dengan ukuran 140 x 35 mm dan RTSV (Rice Tungro Spherical Virus) dengan diameter antara 30 – 33 nm.
RTBV merupakan anggota dari group”Badnavirus = Banana dna virus” dan hanya dapat ditularkan oleh wereng daun (leafhopper) secara semi persisten dengan hadirnya RTSV.
  
RTSV masuk dalam group “Waika Viruses Sesquivividae” dan dapat ditularkan oleh wereng daun serta berfungsi sebagai “helper virus” untuk RTBV
Kedua partikel virus tersebut dapat berada di dalam suatu sel secara bersama-sama tanpa mengakibatkan terjadinya proteksi silang antara satu dengan yang lain


Pelepah dan helaian daun memendek dan daun yang terserang berwarna kuning sampai kuning-oranye.
Daun muda sering berlurik atau strip berwarna hijau pucat sampai putih dengan panjang berbeda sejajar dengan tulang daun.Gejala mulai dari ujung daun yang lebih tua.
Daun menguning berkurang bila daun yang lebih tua terinfeksi.
Dua spesies wereng hijau Nephotettix malayanus dan N.virescens adalah serangga yang menyebarkan (vektor) virus tungro.
   
Infeksi tungro pada tanaman padi khususnya varietas peka akan menimbulkan gejala kerdil, jumlah anakan berkurang.
Daun menguning, menggulung keluar dan agak sedikit terpuntir. Tanaman yang kerdil pada ruas daun kedua memendek.Karena adanya perpanjangan pelepah daun baru maka daun yang membuka kadang-kadang pelepahnya terjepit.
Akar tanaman berkurang dan gabah yag dihasilkan kecil dan sering tidak sempurna
   

Gejala penyakit tungro pada tanaman yang terinfeksi virus mulai dapat dilihat pada umur 7 – 10 hari sesudah diinokulasi.
    Penelitian telah menunjukkan bahwa N.virescens dapat menularkan kedua macam virus tersebut secara bersamaan atau masing-masing sendiri-sendiri dari tanaman yang terinfeksi oleh kedua virus tersebut.
    Tanaman yang terinfeksi oleh kedua virus tersebut menunjukkan gejala yang serius, yang terinfeksi oleh RTSV saja tidak menunjukkan gejala yang jelas,
    Konsentrasi RTBV yang tinggi dalam jaringan tanaman akan menyebabkan gejala berwarna orange pada daun
    Tungro tidak dapat ditularkan melalui biji ataupun secara mekanik, tetapi harus ada serangga penular (vektor) yaitu wereng hijau (Nephotettix spp.) atau wereng loreng ((Recilia dorsalis).
    Sifat penularan virus oleh vektornya bersifat semi persisten artinya periode akuisisi minimum 5-30 menit dan periode inokulasi minimum 7-30 menit.
    Masa inkubasi virus pada tanaman 6-10 hari, virus dapat ditularkan melalui semua stadia serangga, yaitu nimfa dan imagonya, jantan dan betina, tapi tidak melalui telur.
    sekali lagi Virus tidak menular melalui tanah, air atau biji padi

    Tungro adalah satu dari penyakit padi yang paling merusak di Asia Tenggara dan Asia Selatan.
    Epidemik penyakit ini telah terjadi sejak pertengahan tahun 1960an.
    Malai yang terserang jarang menghasilkan gabah, menjadi pendek dan steril atau hanya sebagian yang berisi dengan gabah yang berubah warna.
    Pembungaan tanaman sakit tertunda dan pembentukan malai sering tidak sempurna.

Penyakit tungro tidak akan menyebar jika tidak ada tanaman sakit yang menjadi sumber inokulum, demikian juga jika tidak ada wereng hijau sebagai vektornya.

Virus Tungro Dan Petani

Virus tungro merupakan momok bagi petani padi. Virus ini ditularkan oleh wereng hijau yang kata orang sulit dikendalikan. Sebenarnya tidak sulit asal kita mau hidup berdampingan secara damai dengan virus tersebut. Artinya Wereng penyebab virus Tungro ini tidak perlu diperangi atau dibasmi, melainkan harus diajak damai, misalnya dengan menyemprotkan musuh alami yang ada pada Natural BVR atau kendalikan dengan pengendali hama alami PESTONA atau Pentana. Usaha mencari jenis padi yang sama sekali tahan wereng tertentu tidak begitu diperlukan.

Sekarang kita berusaha mencari varietas padi yang mempunyai ketahanan terhadap wereng yang moderat, sedang-sedang saja. Dengan cara ini wereng pun tidak akan menjadi ganas. Karena Virus Tungro seperti halnya virus yang lain merupakan organisme yang paling mudah membentuk strain baru dalam usahanya untuk menyesuaikan diri dengan tekanan-tekanan lingkungannya, dalam rangka mempertahankan hidupnya. Karena sederhananya struktur anatomis dan fisiologisnya yang hanya terdiri dari mantel protein dan rantai DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) atau RNA (Ribo Nucleic Acid) saja. DNA atau RNA virus ternyata hanya tersusun dari kombinasi tiga turunan asam nukleat. Virus tungro yang menyerang tanaman padi, seperti halnya sebagian besar virus pathogen tumbuhan lainnya, benang-benang genetiknya terdiri dari rantaian RNA.

Sebagai akibat dari kesederhaan bahan genetic yang dimiliki virus Tungro, maka virus ini mempunyai spesifikasi (kekhususan) tertentu dari varietas padi yang diserangnya. Atau dengan kata lain, virus tungro hanya mampu menyerang tanaman padi varietas tertentu, sehingga mendorong para ahli untuk menciptakan varietas padi tertentu yang tahan virus tungro. Tetapi kenyataannya, resistensi dari suatu varietas tanaman terhadap virus (juga hama dan penyakit lain) bersifat dinamis dan sementara. Sehingga manusia dituntut untuk selalu berpacu dengan dinamika kehidupan hama dan penyakit. Virus tungro selalu memaksa manusia untuk selalu sibuk menciptakan varietas-verietas padi yang bukan makanan kegemarannya. Lalu sampai kapan perlombaan manusia dengan hama dan penyakit diakhiri dan siapa pemenangnya ? Jawabannya ; tidak akan pernah berakhir, sebelum petani berakhir tanam padi, dan pemenangnya pun silih berganti, Adil bukan ? dan solusinya, kita harus dapat hidup berdampingan secara damai dengan virus tungro.


semoga bermanfaat,,,salam nasa :)

0 komentar:

Posting Komentar